SENI TARI TATA RIAS DAN BUSANA
PUTRI AYU SRIDAYANTY
15022014
C/2015
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah nya kepada kita semua
hamba nya. Sholawat dan salam semoga tetap tersampaikan kepada Nabi Muhammad
SAW, seluruh keluarga, sahabat dan pengikut nya hingga akhir zaman.
Alhamdullilah
dengan rahmat dan taufiknya yang telah diberikan kepada kita semua, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah
ini kami yakin masih banyak terdapat kekurangan di dalam nya. Oleh karena itu
kami mengharap kepada para pendidik khusus nya dan para pembaca umumnya untuk
memberikan saran dan kritik rangka menyempurnakan makalah ini. Untuk itu saya
menyampaikan terimakasih yang sebesar-besar nya.
Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.
Padang ,18 Februari 2018
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar i
Daftar isi ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
belakang penulisan 1
B. Rumusan
masalah 1
C. Tujuan
penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Iringan
tari dalam tari anak usia dini 2
B. Pencahayaan
tari anak usia dini 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 8
B. Saran 8
DAFTAR PUSTAKA 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada
dasarnya anak-anak menyukai musik dan tari. Menari bersama bisa mengasah
kecerdasan fisik anak. Menari muntut keseimbanagan, keselarasan, gerak tubuh,
kekuatan dan kelenturan otot. Tidak hanya tangan dan kaki saja tetapi tubuhpun
ikut bergerak. Pendidikan seni tari, musik, disekolah taman kanak-kanak
merupakan bagia dari proses pembentuka individu yang utuh sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional.
Iringan
musik dan pencahayaan merupakan hal yang sangan dibutuhkan dalam seni tari.
Iringan musik adalah pola rikmik dalam sebuah tari, pola ritmik dalam sebuah
tari timbul karena gerakan tari yang sesuai dengan melodi, garakan tari yang
sesuai dengan harmoni dan gerakan tari yang sesuai dengan frase musik. Sedangkan
pencahayaan berfungsi sebagai penerang , penciptaan suasana, penguatan adengan,
kualitas pencahayaan serta efek khusus pementasa. Kedua hal tersebut berkaitan
dengan penataan tari, sehingga menghasilkan karya senitari yang indah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
iringan tari dalam tari anak usia dini
2. Bagaimana
pencahayaan tari anak usia dini
C. Tujuan Perumusan
Masalah
1. Untuk
mengetahui iringan tari dalam tari anak usia dini
2. Untuk
mengetahui pencahayaan tari anak usia dini
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep Iringan/Musik
dalam anak usia dini
Desain
musik adalah pola ritmik dalam sebuah tari. Pola ritmik di dalam tari timbul
karena gerakan tari yang sesuai dengan melodi, gerakan tari yang sesuai dengan
harmoni dan gerakan tari yang sesuai dengan frase musik. Oleh karena itu,
fungsi musik di dalam tari dapat dibedakan menjadi 3, yaitu sebagai berikut:
1. Musik
sebagai pengiring tari adalah musik yang dibuat khusus untuk suatu tari,
berfungsi untuk mengiringi tari sehingga ritme musik (melodi, harmoni, dan
frase) selaras dengan ritme gerak tarinya.
2. Musik
sebagai ilustrasi adalah musik yang difungsikan hanya untuk penjelas. Musik
sebagai illustrasi tari dapat ditempatkan di bagian awal, dibagian tengah atau
di bagian akhir tarian.
3. Musik
sebagai ilustrasi yang membantu penciptaan suasana. Maksudnya adalah musik yang
memperkuat suasana adegan.
Sedangkan
untuk membuat iringan musik ada beberapa cara yang harus ditempuh oleh penata
tari, diantaranya adalah:
1. Pertama,
hampir sama dengan konsep gerak, maka konsep iringan musik juga dapat berpijak
dan mengembangkan musik daerah tertentu, sesuai dengan garapan geraknya. Namun,
dapat juga tidak mengembangkan musik daerah tertentu tapi membuat kreasi
iringan musik baru yang sengaja di buat untuk tari tersebut.
2. Cara
kedua, musik iringan dapat juga dibuat dengan cara editing, yaitu garapan tari
tersebut tidak menggunakan musik iringan yang sengaja dibuat dengan menggunakan
instrumen musik lengkap untuk kepentingan tersebut, tetapi menggunakan
musik-musik yang sudah ada dalam bentuk rekaman pita kaset.
3. Cara
ketiga, ada tari yang tidak menggunakan alat musik maupun editing, tetpi
menggunakan alat musik internal yaitu musik yang suaranya dihasilkan dari
anggota badan manusia. Misalnya suara penari, tepukan tangan, tepukan tangan di
paha, jentikan ibu jari dan jari tengah, seruan atau teriakan penari.
4. Cara keempat, tari dapat juga di iringi dengan syirsyair lagu yangdinyanyikan oleh penari atau oleh kelompok vokalis.
5. Cara
kelima, iringan tari juga dapat dihasilkan dari kreativitas kita memanfaatkan
benda-benda yang ada disekeliling kita. Atau menggunakan alat musik sederhana
misalnya rebana, garputala, atau yang lainnya untuk mengiringi tari yang
sederhana.
Hubungan
sebuah tarian dengan musik pengiringnya dapat terjadi pada aspek bentuk, gaya
ritme, suasana atau gabungan dari aspek-aspek itu. Pada dasarnya sebuah iringan
musik harus dipilih untuk menunjang tarian yang diiringinya, baik secara ritmis
maupun emosional. Dengan perkataan lain, sebuah iringan tari harus mampu
menguatkan atau menggarisbawahi makna tarian yang diiringinya. Pemilihan tarian
tari dilakukan berdasarkan pertimbangan:
1. Ritme
dan tempo
Musik
dan tari memeng mempunyai dasar pijak yang sama, yaitu ritme. Oleh karena
dorongan dinamikan dan struktur ritmis, kekuatan melodis dan harmonis musik selalu merupakan pasangan tari
sepanjang masa.
Seorang
penari harus memiliki rasa irama, yang dalam defenisi kerja penari, dapat
diartikan sebagai kemampuan menghitung secara teratur dan kemampuan melakukan
reaksi gerak dengan ketepatan terhadap rangsangan dari luar. Secara luas, rasa
irama atau rasa ritme ini diartikan sebagai kemampuan untuk mewujudkan dan
memproyeksikan ide lewat pengaturan waktu dan untuk memadukanrangkaian kejadian
itu lewat artikulasi ritmis.
2. Suasana
rasa
Dalam
memilih musik sebagai ciptaan suasana, kita dapat memilih suasana musik yang
sesuai dengan suasana yang dibutuhkan oleh tarinya atau memilih musik yang
berlawanan dengan suasana tarinya. Di dalam tari tradisional, jenis pilihan
pertama lebih banyak dipergunakan yitu musik pengiring yang memiliki sifat atau
watak yang sama dengan sifat atau watak tarinya contohnya pada tari jawa,
gending dan lagu bersuasana sedih. Seperti tlutur dan welasan, biasa digunakan
untuk mengiringi suasana tari yang sendu.
3. Gaya
dan bentuk
Di
samping pertimbangan ritmis dan suasana rasa, iringan tari juga dipilih
berdasarkan gaya dan bentuknya. Di dalam tari-tarian tradisional indonesia,
pelaksanaannya selalu diiringi oleh musik-musik daerah yang bersangkutan, yang
memiliki bentuk dan gaya yang khas. Karena bentuk dan gayanya berasal dari
tradisi yang sama, musiknya selalutampak serasi dengan gaya dan bentuk tarinya.
4. Sebagai
inspirasi
Adakalanya
seorang penata tari, biasanya yang belum berpengalama, memilih musik
pengiringtari hanya karena suka atau karen musik yang dipilihnya memberikan
inspirasi kepadanya. Untuk pemilihan musik semacam ini jika sekaligus
dimaksudkan sebagai pengiring tari, penata tari perlu lebih lanjut mempelajari
dengan cermat gaya, ritme, frase, dinamika struktur dan tema musik yang
dipilihnya.
Jikahal-hal
yang terakhir ini tidak dilakukan, penggunaan musik sebagai inspirasi tari
sesungguhnya mengandung bahaya, yakni jika penata tari menggantungkandiri
sepenuhnya kepada rangsangan musik yang sejak semula memang tidak di susun
untuk mengiringi sbuah tarian. Dalam hl ini, interpretasi koreografi yang
dihasilkan dapat saja menyimpang dari iringan musiknya sehingga hasilnya tidak
padu.
Dua jenis musik yang
terdapat dalam tari, yaitu musik internal dan musik eksternal. Musik internal
adalah musik yang ditimbulkan atau dihasilkan dari diri penari sendiri.
Misalnya teriakan, tepukan tangan, siulan, nyanyian, dan sebagainya. Musik
eksternal adalah musik yang ditimbulkan dari luar diri penari. Musik eksternal
dimaksud, seperti gending-gending gamelan, suara-suara yang ditimbulkan dari
alat-alat musik atau benda-benda lainnya yang digunakan untuk musik tari. Namun
demikian, tidak sedikit dalam penggarapan tarian karya baru menjadikan musik
internal dan musik eksternal digunakan keduanya dalam satu garapan tari.
Tarian daerah
nusantara sangat beragam baik dalam bentuk maupun musik pengiring tariannya.
Beberapa contoh musik internal dan eksternal dalam tarian daerah nusantara
antara lain sebagai berikut.
No.
|
Nama Tari
|
Jenis Musik
Pengiring
|
1.
|
Tari Gambyong
|
Tari gambyong akan
diiringi dengan musik dari seperangkat gamelan dan tembang Jawa.(eksternal)
|
2.
|
Tari Zapin Arab
|
Zapin biasanya
diiringi oleh beberapa instrumen muzik tradisional dan genre lagunya biasanya
genre Samrah.Instrumen yang terlibat pula ialah Biola, Marwas dan
Gambus.(eksternal)
|
3.
|
Tari Remo
|
Tari remo ditarikan
diiringi dengan musik gamelan dalam suatu gending yang terdiri dari bonang,
saron, gambang, gender, slentem, siter, seruling, ketuk, kenong, kempul dan
gong dan irama slendro.(eksternal)
|
4.
|
Tari Saman
|
Tari saman biasanya
ditampilkan tidak menggunakan iringan alat musik, akan tetapi menggunakan
suara dari para penari dan tepuk tangan mereka yang biasanya dikombinasikan
dengan memukul dada dan pangkal paha mereka sebagai sinkronisasi dan
menghempaskan badan ke berbagai arah.(internal).
|
5.
|
Tari Kecak
|
Tari Kecak tidak
diiringi dengan alat musik/gamelan, tetapi hanya diiringi dengan paduan suara
sekitar 70 - 100 orang pria.(internal)
|
6.
|
Tari Merak
|
Tari Merak diringi
seperangkat alat musik gamelan Sunda. (eksternal)
|
7.
|
Tari Rampai
|
Tari Rampai dirirngi
dari olahan vokal maupun lagu yang disertai puji-pujian kepada Nabi Muhammad,
serta suara tepukan-tepukan dari anggota badan penari. (internal)
|
8.
|
Tari Seudati
|
Tari Seudati tidak
diiringi alat musik, melainkan hanya dengan beberapa bunyi yang berasal dari
tepukan tangan ke dada dan pinggul, hentakan kaki ke lantai, dan petikan
jari.(internal)
|
9.
|
Tari Topeng Cirebon
|
Musik pengiring tari
topeng Cirebon ini adalah menggunakan gamelan khas Cirebon.(eksternal)
|
B.
Peranan tata lampu
sebagai penerangan, di sisi lain juga harus mampu menciptakan integrasi garapan
menjadi seolah penonton berada dalam ilusi koreografi yang dapat memberikan
imeji keindahan sesuai dengan pesan yang diharapkan koreografer. Fungsi tata
lampu antara lain sebagai penerang, penciptaan suasana, penguatan adegan,
kualitas pencahayaan, serta efek khusus pementasan. Tata lampu sebagai
penerangan jelas tidak diragukan lagi. Asal ada penerangan pasti lampu semakin
terang.
Bentuk dan wujud tata
lampu bermacam-macam perlengkapan lampu diantaranya ada lampu khusus yang
disebut spotlight jumlah disesuaikan dengan kapasitas gedung. Strip light
(lampu garis) biasanya digunakan untuk menerangi dua hingga jalur area pentas
saja yang masing-masing berjarak sekitar 2-4 meter dari deret lampu strip yang
ada.
Lampu backdrop juga diperlukan agar pada
posisi pang belakang dan lampu yang dipakai murni menjadi bagian yang digunakan
untuk menerangi latar belakang panggung secara umum. Formulasi warna lampu
biasanya digunakan colourbright yang terdiri dari warna-warna biru, merah,
kuning, dan general. Perlu diingat, koreografer yang jeli memanfaatkan momen
penataan tata lampu akan menyesuaikan penggunaan tata lampu dan tata warna
lampu lebih mendalam. Penentuan warna lampu dan pemilihan kostum tari
dipertimbangkan melalui dasar kesesuaian yang ideal.
Penciptaan suasana
garapan dapat diciptakan melalui penggunaan media penataan tata lampu secara
profesional. Sebagai ilustrasi dapat diberikan di sini, sebuah koreografi yang
pada saat itu membutuhkan suasana perasaan hati sedang sedih, musik iringan
sendu, lirih, dan menyayat, apabila diberi penerangan tata lampu yang benderang
maka koreografi menjadi tidak sesuai. Teknik penataan lampu yang dikembangkan
adalah melalui penyinaran dengan kualitas warna biru, lampu yang temaram, dan
warna-warna teduh akan mampu menciptakan suasana yang cocok dalam memenuhi
kontribusi suasana koreografi yang diharapkan. Begitu pula sebaliknya, dalam
situasi perang, tata lampu disesuaikan dengan pencahayaan bahwa warna lampu
merah, semakin pekat merah dapat mendukung suasana apalagi didukung kualitas
gerak, penghayatan, dan kedalaman isi gerak serta penciptaan colour yang
sempurna semakin diharapkan memenuhi kualitas pertunjukan.Penguatan adegan
dilakukan dengan penataan lampu yang dapat diciptakan melalui daerah-daerah
terang dan gelap secara dramatis.
Di sisi lain penguatan
ekspresi tari dapat digunakan untuk membantu penghayatan agar tercapai tujuan
adegan. Penggunaan overhead spotlight atau followspotlight untuk lampu tunggal
pada peran khusus atau ditokohkan berada dalam jarak tembaknya. Efek bayangan
agar tidak terlihat pada penari yang ditokohkan ke penari lain menjadi pilihan
tercapainya adegan yang diharapkan. Pemisahan tokoh dengan kelompok penari lain
menjadi prioritas untuk memberikan batas pencahayaan yang jelas sesuai tempat,
pemeranan, dan tentunya kualitas pencahayaan
yang diharapkan secara menyeluruh pada saat adegan tersebut menjadi momen yang dipilih. Kualitas pencahayaan sangat penting. Hal ini
tidak semata-mata adegan menjadi gelap,
tetapi kualitas pandang penonton menjadi lebih terbantu melalui pencahayaan yang memenuhi standar
kualitas yang diharapkan.
Masalah intensitas
penyinaran tata lampu, warna pilihan untuk lampu khusus maupun lampu general, distribusi tata lampu di
sekitar panggung dan di area panggung, serta efek khusus yang diharapkan menjadi
pilihan tercapainya koreografi mantap dipertunjukkan. Efek pencahayaan dapat
merugikan, adegan kuang sempurna, kurang
memenuhi harapan, dan kurang mencapai tujuan koreografis. Oleh karena itu, masalah
intensitas penyinaran harus sesuai catatan tari, warna pilihan harus sesuai
adegan yang dibutuhkan pada saat adegan, distribusi penyinaran dan pemilihan
warna yang dibutuhkan harus menjadi pengendali tercapainya adegan yang
dibutuhkan, serta efek sinar menjadi salah satu kunci pemilihan tata lampu semakin
sempurna dan memenuhi standar kualitas koreografi yang baik dan memenuhi syarat
pementasan.
Pencahayaan dapat
mewujudkan adegan dan penyinaran, koreografi semakin hidup, dramatis, dan
memenuhi kualitas koreografi yang diharapkan. Standar ini semakin diharapkan
apabila penari dapat lebih jelas melihat hubungannya dengan kualitas gerak yang
diperagakan, ekspresi yang dilakukan, dan efek koreografi yang diharapkan. Efek
khusus pementasan dapat menjadi kurang baik apabila penyinaran kurang memadai,
penempatan lampu khusus yang kurang tepat ditembakkan kepada tokoh khusus,
serta pemanfaatan efek lampu yang kurang tepat dibutuhkan untuk suatu adegan.
Hal ini menjadi jelas pada saat koreografi tampil sejak awal hingga akhir
dilangsungkan. Efek khusus yang dipilih biasanya menyangkut kepada bagaimana
tata lampu memenuhi kualitas pemeranan, penciptaan suasana, dan pemilihan yang
lebih penting untuk terciptanya ending atau klimaks garapan tersebut.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Desain
musik adalah pola ritmik dalam sebuah tari. Pola ritmik di dalam tari timbul
karena gerakan tari yang sesuai dengan melodi, gerakan tari yang sesuai dengan
harmoni dan gerakan tari yang sesuai dengan frase musik. Hubungan sebuah tarian
dengan musik pengiringnya dapat terjadi pada aspek bentuk, gaya ritme, suasana
atau gabungan dari aspek-aspek itu. Pada dasarnya sebuah iringan musik harus
dipilih untuk menunjang tarian yang diiringinya, baik secara ritmis maupun
emosional.
Peranan
tata lampu sebagai penerangan, di sisi lain juga harus mampu menciptakan
integrasi garapan menjadi seolah penonton berada dalam ilusi koreografi yang
dapat memberikan imeji keindahan sesuai dengan pesan yang diharapkan
koreografer. Fungsi tata lampu antara lain sebagai penerang, penciptaan
suasana, penguatan adegan, kualitas pencahayaan, serta efek khusus pementasan.
B.
Saran
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya sehingga dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari. Makalah ini jauh dari kata sempurna, mohon
kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk penulis dalam menyampaikan
informasi maupun dalam penulisan makalah ini sehingga penulis dapat membuat
makalah lebih baik lagi kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Yeni, indra. 2010. Tari anak usia dini.
Padang: